MITOS
– MITOS SEPUTAR MASA NIFAS
Pada ibu nifas
1. Setelah melahirkan, ibu harus cebok dengan menggunakan
air asam kandis atau air rebusan daun sirih agar kemaluan merapat
2.
Setelah melahirkan perut ibu diolesi kapur sirih dan
jeruk nipis agar perut cepat mengecil.
3. Setelah melahirkan, setiap hari ibu harus menduduki
batu bata yang telah dipanasi dan dilapisi kain lap sampai 40 hari setelah
persalinan agar kemaluan cepat merapat
4.
Kaki harus lurus
Menurut
Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kaki harus lurus. Dalam arti,
kaki kanan dan kiri enggak boleh saling tumpang tindih ataupun ditekuk. Selain
agar jahitan akibat robekan di vagina tak melebar ke mana-mana, juga
dimaksudkan supaya aliran darah tetap lancar alias tak terhambat. Secara medis,
posisi kaki yang lurus memang lebih menguntungkan karena membuat aliran darah
jadi lancar.
Sedangkan
mobilisasi secara umum, pada dasarnya boleh dan malah harus dilakukan. Makin
cepat dilakukan kian menguntungkan pula. Dengan catatan, kondisi si ibu dalam
keadaan baik, semisal tak mengalami perdarahan atau kelainan apa pun saat
melahirkan. Selain patokan bahwa dalam 8 jam pertama setelah melahirkan ia
sudah bisa BAK dan BAB serta selera makannya bagus. Begitu juga tensi, denyut
nadi, dan suhu tubuhnya dalam batas normal. Soalnya, jika tak bisa BAK dan BAB
berarti ada sesuatu yang enggak beres yang akan berpengaruh pada kontraksi dan
proses involusi (pengecilan kembali) rahim.
5.
Tidak boleh
tidur siang
Pantangan
yang satu ini kedengarannya keterlaluan. Bayangkan, meski ngantuk setengah mati
lantaran sering terbangun malam hari karena harus menyusui dan menggantikan
popok si kecil, si ibu tak boleh tidur siang. Menurut Chairulsjah, tidur
berkepanjangan memang mengundang proses recovery yang lebih lambat. "Makin
lama berbaring makin besar pula peluang terjadi tromboemboli atau pengendapan
elemen-elemen garam." Lalu bila si ibu bangun/berdiri mendadak, endapan
elemen tersebut dikhawatirkan lepas dari perlekatannya di dinding pembuluh
darah. Padahal akibatnya bisa fatal, lo. Endapan-endapan tadi bisa masuk ke
dalam pembuluh darah lalu ikut aliran darah ke jantung, otak dan organ-organ
penting lain yang akan memunculkan stroke.
6.
Tak boleh
keramas
Pantangan
yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu masuk angin. Itu sebab, sebagai
gantinya rambut cukup diwuwung, yakni sekadar disiram dengan air dingin.
Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar darah putih bisa turun dan tak menempel
di mata. Namun agar tak bau apek dan tetap harum disarankan menggunakan ratus
pewangi. Tentu saja pantangan semacam itu untuk kondisi jaman sekarang dirasa
memberatkan. Terlebih untuk ibu-ibu yang harus sering beraktivitas di luar
rumah. Sedangkan mandi boleh-boleh saja asal dilakukan jam 5 atau 6 untuk mandi
pagi dan sebelum magrib untuk mandi malam. Penggunaan air dingin, katanya,
justru lebih baik ketimbang air hangat karena bisa melancarkan produksi ASI.
7.
Hindari makan
jemek
Golongan
makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian, pisang, dan terung. Karena
konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan bikin benyek organ vital kaum Hawa.
Termasuk makanan bersantan dan pedas karena pencernaannya bakal terganggu yang
bisa berpengaruh pada bayinya. Begitu juga ikan dan telur asin serta makanan
lain yang berbau amis karena dikhawatirkan bisa menyebabkan bau anyir pada ASI
yang membuat bayi muntah saat disusui. Selain juga, proses penyembuhan
luka-luka di jalan lahir akan lebih lambat.
Secara
medis, menurut Chairulsjah, tak benar anggapan untuk pantang pepaya dan pisang
yang justru amat dianjurkan karena tergolong sumber makanan yang banyak
mengandung serat untuk memudahkan BAB. Ikan dan telur juga merupakan salah satu
sumber protein hewani yang baik dan amat dibutuhkan tubuh. Sedangkan durian
memang tak dianjurkan karena kandungan kolesterolnya tinggi, selain memicu
pembentukan gas yang bisa mengganggu pencernaan.
8.
Tidak boleh bepergian
Kalau
dipikir-pikir larangan ini, bertujuan supaya si ibu tak terlalu letih
beraktivitas. Kalau capek bisa-bisa ASI-nya berkurang. Kasihan si kecil. Karena
biasanya seumur ini sedang kuat-kuatnya menyusu. Belum lagi kemungkinan si bayi
rewel ditinggal ibunya terlalu lama. Sementara kalau diajak pun masih kelewat
kecil. Malah takut ada apa-apa di jalan, terutama kalau menggunakan angkutan
umum. Bepergian pun membuat si ibu jadi tak tahan menghadapi aneka godaan untuk
menyantap segala jenis makanan yang dipantang.
Pada perawatan bayi baru lahir:
1.
Setelah tali pusar puput maka pusar harus diberi koin
agar tidak bodong. Pusar yang tali pusarnya baru puput memang biasanya akan
terlihat sedikit menonjol, namun hal ini akan berkurang jika dinding perut bayi
semakin kuat. Jadi tidak ada hubungannya koin dapat mencegah pusar bodong. Yang
perlu diperhatikan adalah koin yang kotor bila ditempelkan ke pusar bayi yang
baru puput akan menjadi sumber infeksi bagi bayi.
2.
Bayi harus sering diberi kopi agar tidak kejang
(step). Kopi mengandung kafein yang tentu saja berbahaya bagi kesehatan bayi.
Maka sebaiknya hal ini dihindari. Bayi yang kejang disebabkan karena panas
tinggi jadi jika bayi demam segeralah konsultasikan ke dokter atau bidan.
3.
Perawatan plasenta:
•
Saat mencuci tembuni tidak boleh meludah. Karena
anaknya nanti akan dibenci orang dan jika sudah bersih maka tembuni harus
diberi asam dan garam agar tidak bau.
•
Plasenta bayi baru lahir, harus dicuci dan ditanam
oleh ayah bayi. Dikatakan bahwa jika ayah yang mencuci dan menanam tembuni maka
bayi akan patuh pada perintah ayah dan tidak akan melawan orang tua.
•
Plasenta bayi yang baru lahir, setelah dicuci
hendaknya diinjak dahulu oleh kakak bayi jika bayi tersebut mempunyai kakak.
Hal ini dimaksudkan agar bayi selaku adik akan menurut kepada kakak saat dia
besar nanti.
•
Plasenta bayi harus diberi sisir, gula merah, kelapa,
pensil, kertas, dan kembang tujuh rupa kemudian dimasukkan kedalam kendi baru
dikubur. Hal ini dimaksudkan agar bayi tumbuh menjadi anak yang cantik/tampan,
pintar, kuat, berguna bagi nusa bangsa dan agama serta disukai banyak orang.
4. Pusar bayi yang puput disimpan, dan jika bayi sudah
besar, pusar tersebut bisa menjadi obat jika bayi sakit dengan cara pusar
direndam dan diminumkan air rendaman tersebut. Hal ini tidak bisa dibuktikan
secara medis, ini hanya merupakan sugesti yang secara turun temurun dijalankan.
5.
Air mandi bayi pertama kali, harus dibuang disimpang
empat jalan. Hal ini dimaksudkan agar bayi kelak menjadi orang yang supel,
pandai bergaul dan disukai oleh banyak orang.
6. Dibawah bantal
bayi diletakkan ”jeringo bangle” yang di tusukkan di paku, potongan sapu lidi,
buku yasin, dan kaca. Ini dimaksudkan agar bayi tidak didekati oleh makhluk
halus.
7. Beberapa mitos yang dikemukakan diatas masih terus
membudaya dikalangan masyarakat kota Prabumulih. Mungkin sebagian ada yang bisa
diterima secara logika, namun ada pula yang tidak bisa diterima dengan akal
sehat. Mitos-mitos tersebut sulit untuk disingkirkan dari kehidupan masyarakat,
sebagian besar masyarakat masih percaya dan selalu melakukan mitos-mitos
tersebut. Hal ini tidak menjadi masalah selama tidak berbahaya. Kita sebagai
bidan, hendaknya mengingatkan mitos-mitos yang bisa membahayakan ibu dan bayi.
Kita juga tidak boleh melarang masyarakat untuk tidak melakukan mitos-mitos yang
tidak berbayaha. Karena mitos-mitos ini bisa menjadi sugesti yang diyakini
masyarakat, dan mungkin berguna untuk kenyamanan psikologis mereka.
By : Rulya Utia Dewi